![](https://static.wixstatic.com/media/bb2d6c_74a47beae9484ce0ad464b865fc4ee41~mv2_d_2048_2048_s_2.jpg/v1/fill/w_980,h_980,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/bb2d6c_74a47beae9484ce0ad464b865fc4ee41~mv2_d_2048_2048_s_2.jpg)
Sejak kecil, banyak larangan yang disebut untuk menjaga “keperawanan” seorang perempuan. Kamu dilarang untuk melakukan split, membuka kaki terlalu lebar atau sering bermain sepeda. Hal-hal seperti ini seringkali diperingati orangtua pada anak perempuannya karena konsep keperawanan masih dianggap sebatas himen atau selaput dara yang utuh.
Apabila selaput dara kamu sobek, kamu akan dianggap sudah tidak perawan lagi. Perempuan yang sudah tidak perawan, dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia. Bahkan di Indonesia terdapat “Tes Keperawanan” untuk melihat apakah selaput dara seorang perempuan masih utuh atau tidak. Tes ini misalnya dilakukan bagi perempuan calon anggota wanita Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau calon istri anggota TNI. Namun, tahukah kamu bahwa sebenarnya keperawanan tidak ada hubungannya dengan himen.
Dilansir dari Kumparan.com, himen adalah sebuah lipatan jaringan ikat yang berada di bagian depan vagina. Himen berasal dari proses pembentukkan vagina dan bibir kemaluan bagian luar. Saat seorang perempuan masih kecil, himen tersebut berfungsi untuk menghalangi kotoran masuk ke vagina. Setelah dewasa, himen tersebut pun tidak memiliki fungsi lagi.
Masih dari artikel yang sama, dokter sekaligus aktivis gender, dr. Putri Widi Saraswati menjelaskan bahwa setiap perempuan memiliki bentuk himen yang berbeda-beda. Selain itu, dikatakan bahwa ketebalan setiap himen pun berbeda-beda. Bahkan terdapat perempuan yang terlahir tanpa himen.
“Ada yang cuma di bawah seperti bulan sabit. Ada juga yang lingkaran, tapi ada batasnya di tengah-tengahnya kayak selaput. Ada juga yang bolongnya kecil-kecil. Ada juga yang bolong, tapi bolongnya gak lurus, ada lipatan-lipatan dan cekungannya,” ucap dr. Putri Widi dalam wawancara bersama Kumparan.
![](https://static.wixstatic.com/media/bb2d6c_7bada482ea154f4898e85193cf4dfb70~mv2.png/v1/fill/w_730,h_537,al_c,q_90,enc_auto/bb2d6c_7bada482ea154f4898e85193cf4dfb70~mv2.png)
Untuk itu, “keperawanan” seorang perempuan tidak bisa dinilai dari kondisi selaput daranya. Keperawanan hanyalah hasil konstruksi sosial yang sudah melekat di masyarakat Indonesia. Bahkan dalam dunia medis tidak ada istilah keperawanan, tes keperawanan, hingga karakteristik keperawanan.
Penulis: Kezia Priscilla G
Editor : Michelle Natasya
Comments